Apakah agama dapat dilogikakan?
Agama…?
Ya agama, kali ini saya akan menulis tentang apa yang saya tahu tentang agama.
Apa itu agama? Dari mana agama bemula dalam diri kita? Dan apakah agama dapat
dilogikakan dengan logika manusia?
Apa
itu agama? Agama adalah ajaran, system yang mengatur tata keimanan, keyakinan,
kepercayaan, dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta tata kaidah yang
berhubungan dengan cara memandang manusia dengan manusia, manusia dengan mahluk
lain, dan manusia dengan Tuhan. Masih banyak penafsiran tentang pengertian
agama. Namun menurut saya intinya dalam artian agama adalah wadah untuk suatu
keyakinan seorang hamba.
Dari
mana agama bermula dalam diri kita? Apakah agama timbul karena keturunan atau
memang agama langsung ditakdirkan Tuhan kepada diri kita? Menurut keyakinan
yang saya anut ( Islam ), agama bermula atau berasal langsung ditakdirkan oleh
Tuhan. Karena sebelum dilahirkan kedunia manusia telah dituliskan takdirnya,
yaitu takdir apa agama yang dianut, takdir seberapa rizkinya, takdir siapa
jodohnya, serta takdir waktu kematiaannya. Artian ini seperti apa yang
tercantum dalam hadis berikut :
Dari
Abdur Rahman bin Auf ra, ia berkata : saya mendengar Rosululloh bersabda : Alloh
SWT berfirman : “ Akulah Alloh, Akulah Yang Maha Pemurah, Aku menciptakan rahim
dan Aku pecahkan dari namaKu, barang siapa yang menyambungnya maka Aku
menyambung orang itu, dan barang siapa yang memutuskannya maka Aku putuskan dia
“. ( At-Tirmidzi ).
Dari
hadist tersebut dapat kita ambil makna bahwa setiap manusia sebelum
kelahirannya sudah ditetapkan agamanya. Ada kala Tuhan mentakdirkan suatu
perbedaan dalam beragama yaitu agar manusia dapat saling berdiskusi tentang
kebenaran.
Setelah
membahas artian agama mari kita sedikit berlogika tentang agama, apakah logika
manusia dapat digunakan atau sesuai dengan agama? Seperti ajaran-ajarannya dan
tata cara beribadah. Seperti contoh dalam hal berwudlu, seseorang telah suci
dari hadats kecil, lalu orang tersebut buang angin lewat duburnya, lalu apakah
cara mensucikan hadats kecil tersebut harus membersihkan duburnya, sedangkan
dalam rukun berwudhu tidak ada rukunnya untuk membasuh atau mengusap duburnya.
Dalam contoh lain, diharamkan bagi umat islam untuk mengkonsumsi daging babi,
karena mengandung madhorot bagi pemakannya. Seperti yang telah tebukti bahwa
daging babi mengandung cacing pita yang berbahaya bagi kesehatan, namun apabila
daging tersebut dinetralkan dari cacing tersebut, apakah daging babi menjadi
halal?
Namun
dalam hal lain ajaran-ajaran agama Islam juga sesuai dengan logika manusia.
Seperti contohnya agama Islam mengharamkan riba dalam peraturan hutang. Hukum
riba tersebut sesuai dengan logika manusia, karena apabila riba dilakukan akan
menyengsarakan orang yang berhutang. Contoh lain agama islam juga mewajibkan
kepada pemeluknya untuk saling membantu dan bertoleransi dengan sesama manusia,
dan apabila dilogikakan memang ajaran tersebut sangat tepat dengan sifat
manusia sebagai mahluk social.
Dari
contoh-contoh di atas saya tarik kesimpulan bahwa ada ketentuan-ketentuan agama
yang sudah tidak bisa dirubah, walaupun tidak sesuai dengan pemikiran logika
manusia. Namun juga ada ketentuan yang sesuai degan logika manusia. Dan intinya
kita harus tetap meyakini bahwa ketentuan-ketentuan agama berasal dari Tuhan,
walaupun tidak sesuai dengan pemikiran manusia. Karena Tuhan Maha Tahu atas
segalanya, dilain sisi kita juga harus tetap melakukan ketentuan tersebut
dengan penuh keyakinan. Apabila ada kekeliruan dan kesalahan, saya sebagai
penulis artikel ini mohon atas kritiknya.
Thoriq Almunawir Taufik
15240001
Thoriq Almunawir Taufik
15240001

Komentar
Posting Komentar